AGROINDUSTRI TEBU DI THAILAND DALAM DATA – PART 3

Melalui White Paper: Thai Sugarcane Sector & Sustainability terbitan Fair Agora Asia Co Ltd., PT PG Rajawali I akan mempelajari kondisi agroindustri tebu di Thailand. Secara garis besar, berikut kondisi hilirisasi etanol, rencana pengembangan PG dan kondisi pasar gula Thailand.

Etanol sebagai Hilirisasi Produk (2013-2015)

Sebesar 1-6% tebu di Thailand digunakan untuk memproduksi etanol. Etanol dari tebu sebanyak 30% dari total produksi etanol di Thailand. Kapasitas produksi mencapai 4,44 juta liter etanol/hari. Jumlah konsumsi dan produksi etanol dari tebu di Thailand dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah konsumsi masih sangat kecil dibanding produksi. Oleh karena itu Pemerintah Thailand mendorong konsumsi dengan kebijakan tata niaga bahan bakar.

Pemerintah Thailand memiliki kebijakan produksi “gasohol”, yaitu campuran antara etanol dan gasoline (solar) untuk bahan bakar kendaraan. Gasohol terdiri dari tiga level, yaitu E10 (10% etanol, 90% bensin); E20 (20% etanol, 80% bensin); dan E85 (85% etanol, 15% bensin). Namun nampaknya kebijakan tersebut belum mampu mendorong konsumsi etanol sebagai BBM alternatif secara masif. Terbukti dengan adanya gap yang masih tinggi antara produksi dan konsumsi.

Rencana Pengembangan Pabrik Gula Thailand

Pada 2016-2021 terdapat enam perusahaan gula di Thailand yang akan meningkatkan kapasitas total menjadi 93.500 TCD. Tercatat akan ada 13 perusahaan gula baru dengan kapasitas total menjadi 186.800 TCD selama kurun waktu 2016-2021 sebagaimana Tabel 4. Pada 2021, kapasitas giling tebu Thailand akan mencapai 280.300 TCD. Nampaknya Thailand lebih fokus untuk memperkuat core business industri gulanya dibanding meningkatkan hilirisasi tebu non gula. Hal tersebut didukung oleh perluasan pasar gula eksport.

Pasar Gula Thailand

Sebesar 47% produksi gula Thailand digunakan untuk minuman, 25% untuk makanan dan 3% untuk farmasi sebagaimana Figure 2. Ekspor raw sugar dan gula rafinasi Thailand ke Indonesia dan negara lainnya dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

Kecenderungan pasar eksport gula rafinasi ke Indonesia semakin menurun, meskipun jumlahnya masih besar (73.597 ton pada 2015). Hal tersebut bisa jadi dampak dari geliat usaha pelaku industri gula lokal di Indonesia yang berjuang membatasi impor gula. Berdasarkan data BPS (2016), impor raw sugar Indonesia sebesar 47,53% dari Thailand. (rsd).

Leave a Reply