MENDIDIK GENERASI MENGENAL KARAKTER-KARAKTER BAIK MELALUI SRAWUNG

SURABAYA – Pada Jumat, 5 Juli 2019 dilaksanakan kegiatan rutin “Srawung” di Kantor Direksi PT PG Rajawali I serta pelepasan purna tugas Bapak Abdul Kodir & Ibu Enny Halimah. Kali ini sebagai host adalah Bidang Satuan Pengawas Internal (SPI). Kepala SPI, Hari Sudarmanto bertindak sebagai dalang dengan julukan “Ki Manteb Sudarmanto” membawakan tema “Opera Van SPI”. Ki Dalang kemudian memperkenalkan Tim Pandawa beserta karakter-karakter baiknya agar dapat diteladani khususnya para millennials.

Termasuk juga mengenang kembali para Direksi PT RNI (Persero) melalui fun games tebak gambar. Srawung kali ini juga melatih fokus dan kerja sama insan PT PG Rajawali I melalui fun games pesan berantai. Pesan Bapak Warsito selaku Direktur Utama PT PG Rajawali I,”Jangan pernah berhenti belajar untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik”.

Opera Van SPI memberikan wawasan mengenai para Pandawa. Pandawa Lima merupakan tokoh sentral dalam epik Mahabarata yang memiliki sifat bersebrangan dengan Kurawa (anak dari Destrarata). Pandawa Lima merupakan sebutan dari tokoh lima bersaudara, putra Pandu Dewanata dengan Dewi Kunti dan Dewi Madrim yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Berikut ini adalah karakter Pandawa Lima.

Pertama, Yudistira. Yudistira merupakan putra tertua dari Pandu Dewanata dan Dewi Kunti yang memiliki nama kecil Puntadewa. Yudistira unggul dalam ilmu kasusastraan dan ketatanegaraan.
Yudistira memiliki sifat sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, hampir tidak pernah berdusta selama hidupnya. Ia memiliki moral yang sangat tinggi, suka memaafkan dan mengampuni musuh yang telah menyerah. Yudistira juga dikenal sabar, jujur, taat terhadap agama, percaya diri dan berani berspekulasi.

Kedua, Bima. Bima merupakan anak kedua dari Pandu Dewanata dan Dewi Kunti dengan nama kecil Sena. Bima berbadan kekar dengan lengan yang panjang, tubuh yang tinggi dan berwajah paling sangar apabila dibandingkan dengan Pandawa Lima yang lain. Meskipun demikian ia memiliki hati yang baik. Bima memiliki sifat yang gagah berani, teguh dengan pendiriannya, kuat, tabah, patuh dan jujur. Bima dikenal kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun demikian Bima berhati lembut dan setia. Bima tidak pernah mendua, tidak suka basa basi dan tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Ketiga, Arjuna. Arjuna adalah putra bungsu dari Pandu dan Dewi Kunti dengan nama kecil Permadi. Arjuna dikenal cerdik dan gemar berkelana, bertapa dan menuntut ilmu. Arjuna sangat dikenal akan ketampanannya dan mahir dalam memanah serta dianggap sebagai seorang ksatria. Kemampuan dalam strategi perang inilah yang kemudian dijadikan tumpuan saudara – saudaranya ketika melawan bala Kurawa. Arjuna dikenal dengan nama Janaka dan memimpin Kerajaan Madukara. Ia memiliki sifat cerdik, pendiam, lemah lembut, teliti, sopan santun, berani dan suka melindungi yang lemah.

Keempat, Nakula. Nakula merupakan salah satu dari putra kembar pasangan Dewi Madrim dan Pandu dengan nama kecil Pinten. Nakula adalah penjelmaan dari Dewa kembar bernama Aswin sang dewa pengobatan. Ketika Nakula dan Sadewa kecil, kedua orang tuanya meninggal dan kemudian diasuh oleh Dewi Kunti. Nakula memiliki keistimewaan bermain pedang yang sangat mahir. Drupadi pernah berkata bahwa Nakula adalah pria paling tampan di dunia. Nakula memiliki sifat jujur, setia, taat kepada orang tua dan tahu membalas budi serta mampu menjaga rahasia.

Kelima, Sadewa. Sadewa merupakan salah satu dari putra kembar pasangan Dewi Madrim dan Pandu dengan nama kecil Tangsen. Sadewa juga merupakan penjelmaan dari Dewa Aswin sang dewa pengobatan sama dengan Nakula. Sadewa merupakan seorang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa sangat mahir dalam bidang astronomi. Karakter Sadewa sama dengan Nakula dengan sifat jujur, setia, taat pada orang tua dan mampu menjaga rahasia.

Srawung merupakan kebijakan Direksi sebagai langkah inovatif untuk meningkatkan softskill dan tingkat kesehatan budaya perusahaan atau Organization Cultural Health Index (OCHI). OCHI adalah program transformasi budaya kerja untuk mengetahui tingkat kesehatan budaya organisasi. Tingkat kesehatan ini akan ditunjukkan dengan jumlah prosentase Toxic Culture. Toxic Culture adalah energi yang terpakai untuk kegiatan tidak produktif di sebuah lingkungan kerja. Toxic Culture menunjukkan tingkat konflik, friksi, dan frustasi dilingkungan tersebut.

Diharapkan dengan adanya “Srawung” akan meningkatkan komunikasi, kerja sama serta menghibur insan PT PG Rajawali I. Implikasinya, diharapkan budaya kerja akan jauh dari konflik, friksi dan frustasi. PT PG Rajawali I siap bertransformasi menjadi lebih baik. Satu jiwa raih juara! (rsd).

Leave a Reply