Melalui White Paper: Thai Sugarcane Sector & Sustainability terbitan Fair Agora Asia Co Ltd., PT PG Rajawali I akan mempelajari kondisi agroindustri tebu di Thailand. Tiga aspek yang dikaji, meliputi: a) Produksi Tebu (farm level); b) Pengolahan Tebu (mill level); c) Perdagangan Gula (market level). Secara garis besar, berikut perbedaan produksi tebu di Thailand dan di wilayah PT PG Rajawali I (farmlevel).
Produksi Tebu 2010-2015
Pertumbuhan produksi tebu mencapai 4% hingga 2015. Pada kondisi normal, petani di Thailand dapat memproduksi 100-105 juta ton tebu/tahun dengan rata-rata produktifitas 60-65 ton/ha. Produktifitas tertinggi hanya sebesar 80,3 ton/ha pada 2012 di wilayah Utara. Akibat anomali iklim terjadi penurunan produksi di 2016.
Luas areal tebu di Thailand mencapai 1,7 juta ha. Luas areal tebu terus mengalami pertumbuhan sebagaimana Figure 1. Berbeda dengan kondisi di Indonesia, luas areal tebu menurut BPS sebesar 458.255 ha pada tahun 2016. Luasan tersebut hanya sekitar 30% luas lahan tebu di Thailand. Sangat miris jika dibandingkan dengan rasio luas wilayah Indonesia dan Thailand.
Jika dibandingkan dengan data produktifitas kebun PT PG Rajawali I (Figure 2), produktifitas kebun tebu kita tidak kalah dari Thailand. Pada 2012-2017 khususnya di wilayah PG Krebet Baru (Malang Raya), produktifitas rata-rata minimal 85,92 ton/ha di 2017. Di wilayah PG Rejo Agung Baru (Madiun Raya), produktifitas rata-rata 55-81 Ton/ha. Secara korporasi, produktifitas rata-rata PT PG Rajawali I sebesar 75-91 ton/ha selama 2012-2017. Jauh di atas Thailand yang hanya 60-65 ton/ha. (rsd).
semoga di tahun sekarang lebih meningkat lagii..