SURABAYA – Performansi organisasi tidak dapat dilihat dari kinerja orang per orang. Ia harus dilihat dari sumbangsih kinerja dari setiap individu yang terlibat dalam arus kerja berkelanjutan dari bagian satu ke bagian yang lain. Setiap orang dalam tim harus diupayakan mencapai kinerja terbaik. Kinerja inilah yang dapat mendorong prestasi/kinerja terbaik bagi organisasi. Jika ada anggota tim yang mengalami hambatan kinerja, baik pada proses maupun pada hasilnya, ia wajib dibantu melakukan perubahan dalam kinerjanya. Sementara bagi mereka yang terbaik diupayakan agar selalu mendapatkan performa terbaik. Itulah garis besar yang disampaikan oleh Ilhamuddin Nukman selalu trainer “Counseling, Mentoring, Coaching For Development” atau CMC Batch II pada 17-18 Desember 2019.
Pelatihan CMC Batch II ini dilaksanakan di ruang rapat PG Krebet Baru. Peserta pelatihan adalah para General Manager dan Kepala Bagian unit PG Krebet Baru dan PG Rejo Agung Baru. Sebelumnya telah dilaksanakan pelatihan CMC Batch I untuk para Kepala Bidang dan Kepala Bagian di Kantor Direksi PT PG Rajawali I. Acara tersebut dibuka oleh Direktur Keuangan PT PG Rajawali I (Sagita Hariadin). Beliau berpesan agar seluruh peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian pelatihan dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh untuk meningkatkan performa perusahaan.
Pelatihan CMC Batch II tersebut diawali dengan ice breaking dan komitmen selama pelatihan. Setiap peserta diminta menuliskan harapan atau ekspektasi tentang dirinya, timnya dan perusahaan. Kemudian disepakati beberapa hal sebagai komitmen bersama, salah satunya adalah untuk sementara fokus, tidak menyalakan suara dering HP yang dapat mengganggu training. Salah satu topik yang diajarkan oleh trainer adalah bagaimana mengidentifikasi kapan seseorang membutuhkan konseling.
Pada umumnya, orang sulit melihat dirinya sendiri. Lebih mudah orang menilai orang lain. Seringkali individu tidak sadar akan kebutuhan psikologisnya. Malahan orang lain yang dapat mengidentifikasi melalui perilaku dan attitudenya. Ciri-ciri individu yang membutuhkan konseling menurut perilakunya, antara lain ketika terjadi penurunan produktifitas kerja, deadline yang terlewat, kesemrawutan kerja, sering bolos, kualitas pekerjaan buruk, menolak dan melimpahkan pekerjaaan atau tidak masuk kerja dalam waktu yang lama.
Sementara dilihat dari attitude, individu yang membutuhkan konseling adalah yang memiliki inisiatif rendah, tidak tertarik dengan pekerjaan, tidak dapat bekerja sama, selalu menghindar, kurang bersemangat, pendiam, terus mengeluh, suka menyalahkan, tidak suka bekerja dalam tim dan tersakiti. Attitude adalah perilaku yang terus menerus muncul hingga menjadi atribut/kemelekatan pada individu tersebut. Kemudian untuk dapat memberikan konseling, pimpinan atau manajer perlu melatih empati, kemampuan mendengar, tidak mudah menghakimi dan cukup pengetahuan untuk memberikan solusi.
Pada intinya seorang konseling yang efektif adalah yang mampu menghadapi dan memperbaiki perilaku ataupun attitude yang menyimpang. Sementara mentor yang efektif adalah yang bisa memberikan arahan berdasarkan contoh yang baik sehingga individu asuhannya bisa menjadi lebih baik. Kemudian seorang coach yang efektif adalah yang mampu memotivasi dan menginspirasi individu asuhannya. Semoga seluruh peserta pelatihan dapat menerapkan ilmu CMC tersebut sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja secara simultan. Satu jiwa raih juara! (rsd).