Melalui White Paper: Thai Sugarcane Sector & Sustainability terbitan Fair Agora Asia Co Ltd., PT PG Rajawali I akan mempelajari kondisi agroindustri tebu di Thailand. Secara garis besar, berikut kondisi kapasitas pabrik dan rendemen gula di Thailand.
Thailand memiliki 51 pabrik gula yang dikelola oleh 22 perusahaan gula. Total tebu digiling pada 2015 adalah 105,96 juta ton dengan distribusi sebagaimana Tabel 1. Perusahaan gula yang mampu mengolah tebu terbanyak adalah Mitr Phol. Pabrik dengan kapasitas giling terbesar adalah Supanbhuri dengan satu unit PG yang mampu mengolah 5,25 juta tebu/tahun. Namun data tersebut belum mempertimbangkan jumlah hari giling. Sementara hari giling PT PG Rajawali I sebanyak 151-205 hari per tahun selama 2012-2017.
Thailand menghasilkan gula dengan range 10,02-10,89% tebu. Perhitungan Commercial Cane Sugar (CCS) PG-PG Thailand sebesar 11,64-12,56%. Basis perhitungan di Thailand adalah kadar pol (% pol), sementara di PT PG Rajawali I basis perhitungannya adalah harkat kemurnian (HK), yaitu rasio antara % pol yang menunjukan kadar gula dan % brik yang menunjukan jumlah padatan terlarut. Akibat anomali iklim terjadi penurunan produksi tebu, gula dan sedikit mempengaruhi rendemen di 2016 sebagaimana Tabel 2.
Dibanding dengan Thailand, rendemen PT PG Rajawali I memang perlu ditingkatkan. Rendemen atau hasil gula sejatinya diproduksi oleh tanaman selama proses budidaya. PG bertugas mengolah tebu untuk mengambil gula di dalamnya dengan mencegah kehilangan sekecil-kecilnya. Titik kehilangan selama proses pengolahan adalah di ampas (50% bobot tebu, mengandung kehilangan gula ±2% per bobot ampas), blotong (4% bobot tebu, mengandung kehilangan gula ±2% per bobot blotong), tetes (5% bobot tebu, mengandung kehilangan gula ±30% per bobot tetes) dan kehilangan tidak diketahui misalnya inversi bakteri, amberan dan lainnya ±0,1% per bobot tebu.
Upaya untuk meningkatkan rendemen antara lain adalah penerapan sistem kontrol terintegrasi (otomatisasi) untuk menjaga kestabilan proses di dalam pabrik dan seleksi tebu MBS (Manis, Bersih, Segar). Manis, artinya mengolah tebu yang ditebang pada saat waktu kemasakannya. Jika PG mengolah tebu muda yang belum manis maka rendemen yang dihasilkan akan rendah. Tebu varietas BL di wilayah PT PG Rajawali I rata-rata dipanen pada usia 12 bulan. Di Thailand usia tanaman bervariasi 10-14 bulan sebelum dipanen tergantung varietas.
Bersih, artinya meminimalisir mengolah non tebu dan limbah kebun, yaitu bagian dari tanaman tebu yang tidak mengandung gula, seperti daduk (daun), pucuk dan tebu muda. Kotoran non tebu yang kerap masuk dalam proses pengolahan, misalnya tali raffia, tanah, batu dan lain sebagainya. Segar, artinya sesegera mungkin mengolah tebu yang sudah di tebang. Waktu tunggu (nglasah) maksimal 36 jam. Semakin lama waktu nglasah tebu di truk/lori maka semakin banyak kehilangan rendemen gula akibat inversi bakteri.
Thailand menerapkan sistem bagi hasil 70:30, sementara PT PG Rajawali I menerapkan sistem kombinasi bagi hasil 66:34 dan SPT (pembelian tebu) untuk tebu non-kemitraan. Sistem bagi hasil merupakan wujud komitmen bersama antara petani dan PG untuk sama-sama bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuantitas gula (rendemen). Kondisi tersebut sesuai dengan prinsip kemitraan dimana petani dan PG sama-sama untung. (rsd).
Bobot ampas % tebu 30%.
Kehilangan gula di kebun 25- 30%
Kehilangan gula di pabrik 25- 30%.
Pernah diteliti p3gi , antara th ’60- ’70
Kalau mgt pabrik mampu menekan kehilangan on farm dan off farm 50% , kira2 rdt bisa naik cukup significant. Caranya kembalikan budaya kerja perusahaan pada normatifnya .