Sebelum membahas tentang saham, nampaknya perlu untuk mengingat kembali dasar-dasar ilmu bisnis serta dasar pemikiran mengapa kita berbisnis. Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan laba. Wajar jika pebisnis berusaha mencari keuntungan setinggi-tingginya. Namun sebagai perusahaan BUMN, PT RNI (Persero) dan anak perusahaannya tidak serta merta mencari untung.
Sebagai BUMN, kita turut melaksanakan tujuan dibentuknya Negara Republik Indonesia, yaitu a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; b) Memajukan kesejahteraan umum; c) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Itulah fundamental mengapa kita bernegara. Sehingga tidak perlu saling menuding orang/lembaga lain karena masing-masing kita memiliki peran.
Menurut teori hexagonal entrepreneurship aspects dari Arry Rahmawan, Departemen Teknik Industri UI, terdapat enam ilmu yang diperlukan dalam berbisnis. Pertama adalah value creation. Bagaimana menemukan apa yang dibutuhkan pelanggan, kemudian membuat produk atau jasanya. Proses penciptaan tersebut menggunakan input berupa bahan baku/sumberdaya/kompetensi untuk menghasilkan output berupa produk/jasa untuk pelanggan.
Kedua adalah marketing. Bagaimana menarik perhatian dan menciptakan permintaan terkait produk/jasa yang sudah kita buat. Ketiga adalah sales/penjualan, yaitu mengubah orang yang kenal dan tertarik (prospective customer) menjadi pelanggan yang ingin membayar (paying customer).Keempat adalah value delivery, yaitu memberikan pelanggan apa yang kita janjikan dan memastikan bahwa mereka puas dengan apa yang ditawarkan. Kelima adalah finance. Bagaimana mengatur keuangan agar bisnis dapat terus berjalan secara berkelanjutan. Keenam adalah HR & staffing. Bagaimana memilih orang yang tepat di tempat yang tepat untuk membuat bisnis berjalan dan berkembang.
Lalu apa kaitan bisnis dengan saham? Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan (business). Suatu perusahaan yang menjalankan bisnis dapat dinilai atau dikapitalisasi dengan mempertimbangkan nilai asset, modal, laba dan asset tidak berwujud, misalnya paten teknologi, rahasia dagang, dan proyeksi pertumbuhan. Nilai perusahaan (Enterprise value) tersebut dapat dibagi jumlah lembar saham menghasilkan nilai fundamental lembar saham.
Ketika seseorang berbisnis saham, artinya memposisikan saham atau kepemilikan perusahaan sebagai komoditas. Sehingga menjadi hal umum jika pebisnis saham ingin mendapat harga saham serendah-rendahnya untuk kemudian dijual dengan harga setinggi-tingginya, dan memperoleh capital gain. Mereka yang berbisnis saham umumnya terdiri dari dua kelompok, yaitu investor dan trader.
Investor cenderung memiliki saham untuk jangka waktu lama sehingga saham yang dimilikinya kurang liquid (lebih tertahan). Umumnya mereka tertarik dengan perusahaan bereputasi dan fundamental baik karena keputusan berinvestasi bagi mereka selalu didasarkan pada hal-hal yang logis dan masuk akal. Para investor tersebut umumnya mengikuti ajaran investasi Benjamin Graham dalam buku “The Intelligent Investor”. Sebagaimana cara-cara Warren Buffett (CEO Berkshire Hathaway, konglomerasi Amerika), mereka memiliki kebutuhan untuk tahu persis performa dan perkembangan perusahaan.
Berbeda dengan trader, mereka relatif lebih aktif melakukan jual-beli saham. Hal pertama yang dicermati oleh para trader adalah indeks harga saham. Apakah saham sedang naik atau sedang turun. Kalau ada kecenderungan naik, mereka akan membeli saham. Ketika diperkirakan jenuh, mereka mulai melepas kembali saham. Umumnya mereka menggunakan analisis teknikal dengan alat bantu berupa chart atau software. Mereka akan lebih tertarik pada saham perusahaan yang memiliki jumlah saham beredar di pasar cukup banyak. Mereka juga tertarik dengan saham yang liquid, diperdagangkan setiap hari dan volume lot penjualannya tinggi. Kinerja perusahaan tidak berkorelasi positif dengan harga saham yang disukai para trader.
Perilaku investor maupun trader hanya berpengaruh pada nilai saham suatu perusahaan. Nilai saham tersebut berpengaruh terhadap enterprise valuedan citra perusahaan. Namun tidak mempengaruhi laba/rugi perusahaan dan kesejahteraan karyawan secara langsung. Karena laba/rugi perusahaan ditentukan oleh aktifitas usaha perusahaan sebagaimana dijelaskan dalam hexagonal entrepreneurship aspects.
Lalu untuk apa perusahaan menjual saham? Penjualan saham perdana oleh suatu perusahaan biasa disebut dengan istilah IPO atau Initial Public Offering. IPO merupakan aksi korporasi yang terkait dengan poin kelima hexagonal entrepreneurship aspects, yaitu management keuangan (finance). Tujuan utama IPO adalah mendapatkan sumber dana yang murah dibanding sumber lainnya, misalnya hutang bank, Medium Term Notedan obligasi. Mari kita simulasikan. Misalnya perusahaan berhutang Rp 500 miliar untuk akuisisi pabrik baru, penggantian mesin pabrik dan restrukturisasi keuangan dengan bunga termurah 7% p.a (KUR untuk UMKM) maka perusahaan harus menanggung beban bunga Rp 35 miliar per tahun.
Namun jika perusahaan melakukan penjualan saham, misalnya 30% untuk mendapatkan pendananan dari masyarakat sebesar Rp 500 miliar, tidak ada konsekuensi beban bunga. Konsekuensi yang harus dijalankan perusahaan adalah keterbukaan publik (pelaporan keuangan, aksi korporasi, dll) yang juga dapat memberikan dampak positif karena perusahaan dituntut untuk memberikan kinerja terbaiknya dan diawasi oleh banyak pemegang saham. Dividen yang diberikan oleh perusahaan tidak berubah, sesuai RUPS. Perubahan penerimaan dividen hanya dirasakan oleh pemegang saham lama karena harus berbagi dengan pemegang saham baru (masyarakat).
Kemudian siapa yang bisa membeli saham perusahaan dan bagaimana caranya? Siapa saja bisa menjadi investor saham. Caranya cukup datang ke perusahaan sekuritas yang terdaftar di OJK untuk membuka rekening saham dengan membawa buku tabungan, NPWP dan KTP. Kemudian kita perlu menginstal aplikasi trading saham di smartphone atau komputer dan memulai aktivitas di pasar saham secara on line.
PT PG Rajawali I pada Bulan Februari dan Maret 2018 berkesempatan mendapat pelatihan terkait investasi saham oleh Bapak Haryajid Ramelan dari LSP-Pasar Modal dan Bapak Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas. Beliau sangat ramah, kompeten dan bersedia memberikan informasi lebih lanjut terkait investasi saham khususnya bagi insan RNI. Nantinya jika PT PG Rajawali I melakukan IPO, tentunya ini kesempatan bagi para petani, mitra, supplier dan karyawan untuk turut memiliki perusahaan gula yang selalu untung. Ada yang tertarik? (RSD-RW1).