WORKSHOP IMPLEMENTASI KPKU PT PG RAJAWALI I MENUJU KINERJA EKSELEN

Sebagai salah satu wujud  kinerja ekselen, dan berdasarkan Surat Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi No. 158/RNI.05/VII/2017 tanggal 10 Juli 2017 tentang tindak lanjut implementasi KPKU BUMN di PT RNI Group Tahun 2017, PT PG Rajawali I melaksanakan workshop penyusunan dokumen KPKU pada 22-25 Agustus 2017. Workshop tersebut bertujuan untuk membangun kesadaran, pemahaman serta melakukan penyusunan dokumen KPKU. Workshop hari pertama diawali dengan executive briefing menghadirkan Asesor Senior, Bapak Wibowo Suharyanto sebagai pembicara dan dihadiri oleh para Kabid, Sekretaris Perusahaan, Kepala SPI dan 25 peserta workshop dari Kandir dan unit PG. Bertugas sebagai trainer workshop adalah asesor RNI, yaitu Ibu Ida Inawati, Head Corporate Strategic PT RNI (Persero) dan Bapak Hario Junianto, Manajer Produksi  PT Rajawali Tanjungsari.

Kantor PT PG Rajawali I dengan arsitektur warisan jaman kolonial di Jalan Undaan Kulon Surabaya menjadi saksi perjuangan Tim Champion bekerja sama menyusun dokumen dari Profil Organisasi, Peta ADLI enam kategori proses, pembuatan grafik realisasi, trend dan pembanding di kategori hasil serta scoring peta ADLI sebagai self assessment. Selama empat hari tersebut, Tim Champion diminta untuk melepaskan rutinitas pekerjaannya di Kantor Direksi dan unit PG untuk fokus mengikuti workshop karena KPKU telah menjadi prioritas implementasinya.

Implementasi KPKU  merupakan arahan pemegang saham sebagai sistem penilaian yang dipersyaratkan untuk BUMN. Anak Perusahaan BUMN merupakan ruh dari BUMN, karena itu sistem penilaian ini juga diberlakukan kepada  anak perusahaannya. Terlebih dengan adanya KPI berbasis KPKU. KPI atau Key Performance Indicator berbasis KPKU adalah kontrak manajemen BUMN dengan Kementerian BUMN yang parameternya meliputi kategori proses dan hasil pada KPKU. Meskipun demikian, KPKU bukan sekedar penilaian normatif melalui pengisian kuisioner dan kelengkapan dokumen. KPKU diterapkan utamanya untuk mendorong transformasi perusahaan, sehingga infrastruktur di dalamnya perlu dibangun. Infrastruktur tersebut adalah perspektif kesisteman yang menyeluruh dan saling terkait.

Pada perspektif kesisteman dikenal istilah Triad Kepemimpinan dan Triad Hasil. Triad kepemimpinan meliputi: leadership, strategy dan pelanggan. Triad kepemimpinan mendorong terbentuknya pemimpin-pemimpin yang visioner, yaitu para senior leader yang tidak sekedar memiliki mimpi atau keinginan, namun harus mengenal pelanggannya sehingga dapat mengatur strategi dan menunjukan caranya untuk menjalankan bisnis perusahaan secara efektif. Karena sejatinya yang membiayai perusahaan adalah para pelanggannya. Diharapkan adanya intelligent risk taking yang mendorong pengambilan risiko yang cerdas dalam perencanaan dan implementasinya.

Kepemimpinan pada KPKU adalah kunci, sehingga memiliki skor tertinggi. Bagaimana pemimpin senior menentukan strategi dan mengimplementasikan strategi yang ditunjukan pada perencanaan dan pengembangan menjadi penting meskipun tidak berdampak seketika. Karena sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Bowo Suharyanto, perencanaan strategis baru bisa dilihat hasilnya efektif atau tidak setelah 2-3 tahun ke depan. Jadi dapat dikatakan bahwa kondisi saat ini adalah dampak dari perencanaan 2-3 tahun kebelakang dan langkah implementasi saat ini dapat berdampak 2-3 tahun mendatang.

Triad Hasil meliputi : tenaga kerja, operasional dan hasil. Berdasarkan triad hasil, optimalisasi hasil berupa pendapatan dan atau produksi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya tenaga kerja untuk menjalankan operasional bisnis perusahaan. Perusahaan yang hanya fokus pada hasil dan mengabaikan pengembangan yang digerakan oleh triad kepemimpinan dikhawatirkan lama-kelamaan menurun kinerjanya sebagaimana daur hidup produk. Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk dibagi menjadi empat tahap, yaitu introduction, growth, maturity dan decline.

Pada tahap perkenalan (introduction), barang mulai dipasarkan dalam jumlah besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang belum dikenal pasar, ongkos untuk periklanan tinggi. Distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. Pada tahap pertumbuhan (growth), penjualan dan laba meningkat dengan cepat, permintaan meningkat karena masyarakat sudah mengenal produk. Pada tahap kedewasaan (maturity), penjualan masih meningkat lalu stagnan, laba produsen maupun pengecer mulai turun, dan persaingan harga sangat tajam. Pada tahap kemunduran (decline), barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Jumlah pesaing berkurang namun permintaan sudah jauh menurun. Perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas.

Dengan semangat satu jiwa raih juara, pada hari terakhir workshop dapat disimpulkan bahwa penyusunan Dokumen Assessment (DA) PT PG Rajawali I sudah selesai. Hal mendasar yang diingatkan oleh para trainer yang juga merupakan asesor adalah dalam penyusunan DA jangan membuat anekdot atau jangan mengada-ada. Tuliskan apa adanya. Semoga langkah PT PG Rajawali I dalam mengimplementasikan KPKU tersebut mendapat ridho Allah SWT dan mendapatkan berkah kinerja yang semakin baik dan membaikan. Aamiin. (RSD-RWI).

Leave a Reply