MILLENNIALS IDEAS FOR SUSTAINABILITY PT PG RAJAWALI I

BOGOR – Bertempat di Convention Hall JSI Puncak Bogor (12/10), milenial PT PG Rajawali I mengikuti kegiatan Forum Millennials yang diselenggarakan oleh PT RNI (Persero). Acara tersebut dihadiri Komisaris Utama PT RNI (Persero), Direksi  PT RNI (Persero), Direksi Anak Perusahaan se-RNI Group serta jajaran Group Head dan SEVP PT RNI (Persero).

Perwakilan millennials RNI Group atau disebut The Millers yang hadir pada forum tersebut, sebelumnya telah diminta membuat gagasan untuk going concern di perusahaan masing-masing. Kemudian ide-ide tersebut dikelompokan menjadi lima sektor, yaitu sektor agro tebu, agro nontebu, manufaktur, trading dan RNI holding. Masing-masing perwakilan sektor kemudian menyampaikan gagasannya.

Milenial PT PG Rajawali I ingin menyampaikan kembali program-program milenial dan ide-ide pengembangan dari sudut pandang yang berbeda. Pada slide presentasi milenials PT PG Rajawali I sebelumnya dituliskan tagar #GerakanAntiWacana. Tagar ini adalah bentuk pengharapan agar Forum Millennials benar-benar dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan. Bukan sekadar seremonial dan wacana.

Komposisi Millennials di PT PG Rajawali I sebesar 16% dari total seluruh karyawan tetap. Namun komposisinya berbeda-beda di setiap unit kerja. Di Kantor Direksi komposisi milenialsnya sudah mencapai 30% dari total karyawan. Sementara di unit PG, karyawan tetap dari kalangan milenial jumlahnya masih di bawah rata-rata milenial BUMN. Para milenial ini adalah masa depan perusahaan.

Di Kantor Direksi PT PG Rajawali I, milenial sebagai generasi yang lahir pada 1981-1994 sudah ada yang menduduki jabatan satu level di bawah Direksi, yaitu Kepala Bidang Pengembangan. Pada dua level di bawah Direksi juga ada milenial yang menjabat, yaitu sebagai Kepala Bagian GCG dan Manrisk serta Kepala Bagian SDM. Berbagai organisasi serta Tim Ad hoc di lingkungan PT PG Rajawali I, seperti Serikat Pekerja, Koperasi Karyawan, Tim Lelang, Takmir Masjid, Tim BOCA dan BAPORSENI juga kepengurusannya banyak diisi milenial.

PT PG Rajawali I mendidik dan menyiapkan milenialnya dengan cara memberikan berbagai penugasan. Salah satunya, milenial mendapat penugasan khusus melalui Tim BOCA untuk membuat ruang kerja kolaboratif dan kekinian. Milenial ini sama sekali belum memiliki pengalaman di bidang ini, maka manajemen mengarahkan untuk berkonsultasi dengan Head Teknik & Design PT RNI (Persero). Progres saat ini baru selesai 50%. Milenial sudah memiliki design 3D untuk dieksekusi interiornya secara bertahap.

Milenial juga melakukan terobosan program internalisasi budaya melalui acara “Nobar PINTER”. Milenial memproduksi short movies berisi ilustrasi do & dont budaya PINTER, dengan talent dan skenario dari rekan-rekan milenial. Kemudian pada saat penayangan, milenial menggunakan quiz Kahoot untuk pre & post test awareness PINTER. Para senior generasi sebelum milenial sangat antusias karena baru pernah mengenal games seperti ini. Secara tidak langsung, milenial mendorong mereka lebih akrab dengan teknologi digital.

Kemudian setiap Jumat pkl 09.00 s.d 11.00 milenial mengadakan “Sharing Knowledge Forum Millennials”. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan pengetahuan serta agar semua karyawan paham dengan yang dikerjakan bagian lain, sehingga dapat saling mendukung. Apalagi ada fenomena keterlambatan kaderisasi yang menyebabkan munculnya gap generation. Pembicaranya dijadwalkan oleh milenial untuk diatur masing-masing bidang. Bisa dari bidang yang bersangkutan atau bidang tersebut mencarikan narasumber eksternal. Itu adalah cara milenial mendorong keterlibatan generasi di atasnya sehingga mengikis kesan eksklusif.

Seperti koin bermata dua. Milenial di perusahaan bisa dipandang positif maupun miring. “Milenial bisa apa?”, kata yang berpandangan inferior. “Sudah biar milenial saja”, kata mereka yang mempercayai kapasitas milenial atau bisa juga karena malas bekerja mentang-mentang sudah senior. Apapun asumsi dan persepsi generasi pendahulu para milenial, bukan masalah selama milenial dapat menunjukan performa terbaiknya untuk perusahaan. Milenial cukup yakin, dibuang atau dikata-katai model apapun jikalau memang berlian tetap akan menjadi berlian.

Dikarenakan aktifitas penggunaan gadget generasi milenial lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya maka milenial juga mendukung brand awareness melalui media sosial. Milenial selalu dilibatkan dalam event-event pameran maupun acara internal RNI Group, kemudian mempublikasikannya pada akun media sosial perusahaan dan personal. Milenial berusaha menaikan tagar Raja Gula (#RajaGula) untuk membantu marketing. Harapannya Raja Gula dapat menjadi identitas yang kuat, berpengaruh dan memiliki nilai komersial. Disamping itu, milenial juga kerap mendukung kegiatan-kegiatan perusahaan diluar job rutin. Seperti kegiatan pisah sambut Direksi, Komisaris, IIKK dan pembuatan berbagai video.

Pada konteks pengembangan perusahaan kedepan, pada prinsipnya milenial mendukung apa yang sudah disepakati sebagai Rencana Kerja Anggaran Perusahaan dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RKAP dan RJPP). RKAP dan RJPP milenial yakin telah disusun dengan pemikiran mendalam dan analisis data yang tidak sederhana. Tinggal bagaimana manajemen memastikan implementasinya. Bagi milenial, perbedaan sisa masa kerja yang masih lama adalah pembeda yang paling umum dengan generasi sebelumnya. Maka, milenial lebih menitikberatkan pada prinsip sustainability business. Perusahaan jangan sampai terbebani oleh beban biaya yang tidak perlu. Milenial ingin perusahaan nantinya kuat membiayai manfaat pensiun hingga generasi anak cucu milenial.

Agar dapat menjaga kesinambungan bisnis, maka estafet-estafet kepemimpinan harus dapat berjalan dengan baik. Suksesi dan dinamika organisasi yang terjadi haruslah dapat memberikan output yang semakin baik untuk perusahaan. Budaya-budaya baik perlu terus dilaksanakan. Kebiasaan yang kurang baik secepatnya dihentikan agar tidak semakin mengakar. Ada beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan untuk menjaga sustainability PT PG Rajawali I menurut milenial. Ketika benda-benda berwujud atau produk industri menjadi murah, maka yang sulit ditemui dan menjadi mahal saat ini adalah hal-hal tak berwujud. Contohnya, kejujuran, kesetiaan, kepedulian dan lain sebagainya yang disebut “value” atau tata nilai.

PT RNI (Persero) telah memiliki tata nilai yang disebut PINTER. Berkenaan dengan itu, gagasan milenial yang pertama adalah “value transformation”. Bukan berarti perusahaan perlu membuat deskripsi tata nilai baru, namun milenial ingin adanya transformasi dari PINTER yang selama ini baru terasa sebagai jargon menjadi kebiasaan-kebiasaan melekat yang benar-benar PINTER. Manajemen perlu memastikan bahwa setiap insan PT PG Rajawali I benar-benar Profesional, ber-Integritas, memiliki Team Work, Ekselen dan Respect.

Bagaimana caranya? Manajemen perlu secara jelas mendefinisikan kriteria (Do & Dont) PINTER dan mensosialisasikannya. Tidak hanya memberikan gagasan, milenial telah menginisiasi kegiatan tersebut melalui NOBAR PINTER. Namun tidak cukup sekali, harus dilakukan secara intensif dan kreatif. Kemudian, manajemen perlu mengukur pemahaman serta implementasi PINTER terhadap setiap individu dengan penilaian yang obyektif. Penilaian untuk mengurangi subyektifitas dapat dilakukan dengan metode 360o dimana setiap insan tidak hanya dinilai oleh pimpinannya, namun juga oleh rekannya dan bawahannya. Nilai raport PINTER setiap insan adalah rata-rata dari penilaian 360o dalam satu bidang.

Milenial sepakat dengan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM dalam rangka membangun negara termasuk perusahaan. SDM yang PINTER adalah fondasi untuk membangun perusahaan yang juga PINTER. PT PG Rajawali I perlu mendorong insannya meningkatkan kadar PINTER melalui reward dan punishment. Mereka yang memperoleh raport PINTER di bawah rata-rata perlu mendapat pinalti serta couching, misalnya pengurangan cuti atau perhitungan insentif/bonus. Sementara bagi mereka yang raport PINTERnya di atas rata-rata atau terbaik perlu diapresiasi, misalnya dengan insentif, hadiah umroh atau program flexi time.

Goal oriented. Perusahaan tentunya memiliki Key Performance Indikator (KPI) sebagai indikator keberhasilan perusahaan. KPI ini bersama dengan penilaian kesehatan perusahaan adalah juga menjadi kepentingan bagi seluruh karyawan, karena sebagai indikator besaran jasa produksi secara global yang dapat dibagi untuk karyawan. Manajemen perlu mendefinisikan langkah-langkah untuk mencapai KPI dan tingkat kesehatan perusahaan tersebut dan mendistribusikan kebutuhan/pekerjaan/langkah-langkah tersebut ke seluruh bidang. Setiap bidang, kemudian mendistribusikan pekerjaan kepada masing-masing bagian hingga individu staf/karyawan.

Siapa menjalankan fungsi apa di setiap organ harus jelas. Pekerjaan-perkerjaan apa yang tidak bisa dilakukan sendiri, perlu upaya sistemik, juga perlu didistribusikan secara jelas. Misalnya, branding di media sosial, marketing (menarik pembeli) produk. Kegiatan tersebut menjadi kurang berarti dampaknya jika dilakukan oleh hanya beberapa PIC. Perlu upaya yang lebih sistemik, terstruktur dan masif.

Distribusi pekerjaan yang dikunci tingkat keberhasilannya melalui KPI tersebut ibarat lintasan lari. Nantinya mungkin akan ada individu yang bisa berlari sangat kencang, ada yang biasa saja, ada yang lambat mungkin merasa salah lintasan atau memang butuh ekstra pembiasaan serta couching. Perlu ada reward bagi yang bekerja di atas KPI nya, serta bagi karyawan yang mampu menjadi problem solving menemukan inovasi/improvement. Clear direction seperti itu yang milenial butuhkan untuk dapat lebih memahami proses bisnis, mengidentifikasi masalah dan menumbuhkan lebih banyak inovasi. Milenial akan dapat lebih mudah memahami proses bisnis dan bekerja sama dengan mendiskusikan KPI antar individu dalam team.

Di era VUCA (Volatility, Uncertainity, Complexity Ambiguity) dunia bergerak unpredictable. Perusahaan mengapa tidak mengadopsi mindset yang sama? Perusahaan belum tentu tahu siapa dapat berkontribusi apa. Maka, perusahaan perlu membuka pintu selebar-lebarnya untuk karyawan berkontribusi meskipun bukan bidangnya saat ini. Salah satunya dengan membuat kelompok kerja lintas bagian yang diberi penugasan tertentu atau change agent dan dikompetisikan antar kelompok. Harapannya nanti akan muncul banyak kejutan positif dari kelompok-kelompok change agent.

Dorongan untuk membuat inovasi/improvement ini tentunya akan memperkuat core business. Indikator inovasi/improvement yang dimaksud adalah apabila dapat menghasilkan cost effectiveness. Berapapun biaya yang dikeluarkan perusahaan, harus terukur kontribusi, manfaat atau nilai tambahnya bagi perusahaan. Milenial juga mengusulkan program flexi working hours dimana karyawan dapat mengatur 8 jam kerjanya, tidak terpaku harus bekerja pada pukul 7.30 s.d 16.30. Bagi pekerjaan-pekerjaan tertentu, seperti penyusunan laporan, design dan rekapitulasi data yang memungkinkan untuk dilaksanakan jarak jauh menggunakan perangkat IT, milenial usulkan agar dibuka kesempatan masuk program Home Base Office.

Tahapan kedua adalah transformasi model bisnis. Perlu lebih jeli, darimana perusahaan memperoleh pendapatan saat ini. Uang masuk pendapatan saat ini mayoritas dari penjualan gula dan tetes. Ada berbagai chanel pembeli gula. Faktanya, gula kita sejauh ini selalu terserap kecuali ada rembesan gula impor yang membuat pasar jenuh dan harga turun. Gula kita dari mana? Tentunya dari tebu petani. Sehingga ada dua hal yang akan membatasi pendapatan kita disektor gula, yaitu importasi gula dan loyalitas petani mengirim tebu. Dua-duanya penting.

Mari tengok ke dalam diri kita, apa yang kita punya saat ini? PT PG Rajawali I memiliki pengalaman di bidang gula, lokasi PG di malang yang strategis di lumbung tebu nasional, dan kita memiliki petani tebu yang loyal. Namun kembali lagi ini era VUCA. Tidak ada jaminan kondisi tersebut akan terus menerus seperti itu. Sehingga selain memperkuat core business dengan menjaga tiga hal, yaitu skill di bidang produksi gula, ketersediaan tebu dan kemitraan dengan petani, PT PG Rajawali I perlu membangun asset yang lain, yaitu brand. Reputasi. Reputasi PINTER yang disimbolkan melalui merek “Raja Gula”.

Kondisi saat ini faktanya, brand “Raja Gula” kurang dikenal dibanding pesaing kita “Gulaku”. Kemudian secara perusahaan, orang awam mengasumsikan pabrik gula BUMN adalah PTPN. Jarang sekali masyarakat daerah mengenal pabrik gula PT RNI (Persero) apalagi PT PG Rajawali I. Maka di tahapan kedua ini, Raja Gula harus muncul sebagai brand gula PINTER dari tebu dengan biaya marketing yang hemat melalui sosial media.

Tahap ketiga, kita gunakan brand kita yang PINTER untuk mendapat partner strategis. Ibarat wanita cantik, bertemu abang tampan lalu dari perkawinan itu lahirlah kembali sebenar-benarnya “Raja Gula”. Mengapa ini menjadi tahap ketiga bukan tahap pertama? Dikarenakan milenial sepakat dengan Law of Attraction, yang baik akan menarik yang baik-baik. Jika ingin mendapat pasangan yang baik maka diri kita juga harus baik. Demikian halnya dengan pasangan bisnis. Saat ini PT PG Rajawali I telah memiliki produk-produk hilirisasi namun skalanya masih kecil. Salah satu yang milenial harapkan dapat menjadi besar ketika bertemu mitra yang tepat adalah Kedai Tebu.

Kemudian tahapan keempat adalah saat kita harus berlari kencang. Seluruh kebutuhan perusahaan yang dapat dipenuhi oleh insan-insannya dikunci melalui KPI individu agar terjamin pemenuhannya. Agar benar-benar dikerjakan. Komitmen, konsistensi dan ridho Tuhan Yang Maha Esa tentunya dapat mendatangkan lebih banyak pelanggan, partner, investor, produk, bisnis baru dan mitra sehingga nilai perusahaan semakin meningkat. Bersama para mitra tersebut, PT PG Rajawali I membangun ekosistem bisnis makanan dan minuman (Food and Beverages/ F&B).

Tahun pertama totalitas pembenahan internal. Tahap kedua ekpose diri ke khalayak untuk memperkuat brand. Tahap ketiga kita reborn membangun/memperluas pasar berbagai bisnis yang sudah kita rintis seperti: gula industri, sari tebu, brown sugar, biopackaging, bioethanol, pakan ternak dan lain sebagainya. Tahap keempat kita memperbesar pengaruh (growth and impact) dengan mengorkestrasi ekosistem bisnis F&B. Tahap kelima PT PG Rajawali I menjelma menjadi perusahaan terkemuka (outstanding) yang masuk ke dalam jajaran perusahaan tempat bekerja terbaik di Indonesia dengan penilai eksternal dari Asia.

Nah, jika semua tahapan sudah dilalui milenial yakin jika PT PG Rajawali I dapat menjelma menjadi perusahaan yang dicintai seluruh karyawannya. Tidak perlu berkonflik memperdebatkan produk/jasa apa yang terbaik di era VUCA. Semua produk memiliki kesempatan yang sama. Biar nantinya pasar yang menentukan apa yang ingin dibelinya dari perusahaan kita. Kecintaan dan kebanggan yang akan memberikan energi untuk bekerja sebaik mungkin, menjaga kelangsungan perusahaan. Kuat di luar dan solid di dalam. Satu jiwa raih juara! PT PG Rajawali I siap bertransformasi menjadi lebih baik. (rsd).

Leave a Reply