KUNJUNGAN KERJA PT PG RAJAWALI I KE KASET THAI INTERNATIONAL SUGAR COORPORATION PUBLIC COMPANY LIMITED

Pada 31 Maret s.d 5 April 2019, Tim PT PG Rajawali I bersama dengan PT RNI (Persero) berinisiatif mengirimkan kembali insan-insannya kunjungan kerja sebagai studi banding ke pabrik gula di Thailand. Studi banding ke Thailand maupun PG lainnya bukan suatu hal asing di lingkungan RNI Group. Manajemen menyadari betul bahwa bechmarking merupakan kebutuhan.

Studi banding merupakan sebuah konsep belajar yang dilakukan di lokasi dan lingkungan berbeda yang merupakan kegiatan yang lazim dilakukan untuk maksud peningkatan mutu, perluasan usaha, perbaikan sistem, penentuan kebijakan baru, perbaikan peraturan perundangan, dan lain-lan. Salah satu obyek kunjungan adalah Kaset Thai International Sugar Coorporation Public Company Limited (KTIS).

Gambar 1. Sekolah Petani Tebu

KTIS terletak di Nong Pho Sub-District,Taklee District, Nakhonsawan Province, Thailand atau tepatnya pada 15°22’15.2″N 100°14’38.9″E. KTIS didirikan pada tahun 1957. Saat ini memiliki kapasitas produksi 55.000 TCD. KTIS menjalankan empat unit bisnis, yaitu gula, bubur kertas (pulp), etanol, dan listrik. Suhu disana pada siang hari cukup panas, yaitu 31-38  ⁰C. Sementara pada malam hari sekitar 19-26  ⁰C. Secara umum cuacanya lebih panas sehingga mendukung percepatan kemasakan tebu.

Lama proses giling KTIS 120  – 130 hari. Lebih singkat dibanding PG di lingkungan PT PG Rajawali I yang mencapai 155 hari. Lama waktu tersebut salah satunya karena komitmen PT PG Rajawali I untuk menggiling semua tebu yang sudah terdaftar sebagai mitra binaan. Perbedaan model bisnis lainnya adalah pada proses pendaftaran mitra. Di Thailand, proses pendaftaran mitra diatur oleh pemerintah. Sementara di Indonesia, petani memiliki kebebasan untuk terdaftar di PG manapun.

KTIS memiliki karakteristik sumber bahan baku yang hampir sama dengan PG Krebet Baru, Kabupaten Malang, yaitu mengolah hampir 100% tebu milik petani yang dikelola oleh petani. KTIS menerapkan pembelian tebu petani dengan aturan yang ditetapkan bersama oleh Pemerintah, Perusahaan, dan Asosiasi Petani. Harga pembelian tebu saat ini sebesar 70 bath Thailand per kuintal atau Rp 31.774 per kuintal dengan kurs 1 bath Thailand (THB) saat ini sebesar Rp 453 (IDR).Sangat jauh harganya dibanding tebu di wilayah Malang Raya yang mencapai Rp 50.000 s.d Rp 70.000 per kuintal.

Gambar 2. Emplasement KTIS

Tebu yang dikirim ke pabrik harus memenuhi syarat rendemen yang dihitung berdasarkan kadar Comercial Cane Sugar (CCS), dengan basis perhitungan adalah kadar pol dan brix bukan hanya brix. Syarat minimal tebu yang masuk adalah rendemen atau CCS 10%. Apabila nilai Rendemen/CCS tebu dibawah ketentuan akan dikenai pemotongan 50 bath Thailand per poin, demikian sebaliknya apabila nilai di atas ketentuan akan ditambahkan senilai 50 bath Thailand per poin. Hal tersebut menunjukan kesadaran bahwa rendemen/CCS memang dibentuk di tanaman tebu. Pabrik hanya mengekstraknya dengan mencegah kehilangan pol/gula seminimal mungkin.

Selain dari pendapatan tebu, petani juga memperoleh penjualan daduk kering untuk bahan bakar boiler dari PG senilai 80 bath Thailand per kuintal. Biaya tenaga kerja untuk mengumpulkan, mengepres dan biaya angkut yang dikeluarkan petani sebesar 40 bath Thailand per kuintal. Oleh karena itu petani dapat memperoleh penghasilan bersih dari daduk sebesar 40 bath Thailand per kuintal.

Gambar 3. Rerata Suhu Udara Wilayah KTIS

Petani tidak hanya mendapatkan penghasilan dari tebu, namun juga daduk. Petani mengumpulkan daduk untuk dipres, kemudian dijadikan bahan bakar boiler. Kondisi tersebut belum dilakukan oleh PG Di Indonesia. Umumnya daduk sebagai limbah kebun tebu belum dimanfaatkan secara optimal. Secara praktis, petani Indonesia lebih suka membakarnya.

Tingginya daya saing usaha tani tebu di sektor on farm inilah salah satu faktor yang membuat Harga Pokok Produksi gula Thailand lebih rendah dibanding gula Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Keinginan untuk lebih baik dibanding Thailand itu selalu ada. Namun perlu dukungan sistem dan suport dari seluruh masyarakat Indonesia khususnya pemerintah untuk melindungi dan memajukan industri gula. Memulai dan melanjutkan kembali hal-hal baik dengan pijakan dan tatanan yang benar. Bismillah. Satu jiwa raih juara! (RSD).

Leave a Reply