PENTINGNYA TRANSPARANSI DAN KETERLIBATAN STAKEHOLDER

Ada sebuah kisah nyata dari pengalaman Andrew Moorfield ketika mengelola start up business dotcom bfinance.co.uk pada tahun 2000an. Ketika itu bfinance mengalami kesulitan keuangan. Cash in flow perusahaan jauh lebih kecil dari cash out flow. Di akhir bulan total pendapatannya hanya memungkinkan untuk membayar sepertiga biaya total gaji dari 25 karyawanya. Lalu apa yang Andrew lakukan?

Andrew mengundang rapat semua karyawannya. Sebagai founder dan CEO, dia menjelaskan secara detail kondisi perusahaan. Tidak ada yang dia sembunyikan dan tidak ada kata-kata politis yang mengadu domba. Seperti menuduh atau menyudutkan pihak manapun. Hanya fakta-fakta yang dia sampaikan secara lugas dan transparan.

Lalu Andrew bertanya kepada para karyawan, apa yang akan mereka lakukan jika berada pada posisinya. Namun tidak sekedar bertanya, Andrew juga menyampaikan gagasan kepada karyawannya. Menurut Andrew, akan adil jika dia memberikan gaji sepertiga bagian bagi setiap karyawan hingga kondisi keuangan perusahaan membaik.

Ternyata para karyawan tidak setuju dan memberikan usulan yang berbeda. Mereka ingin agar sepertiga karyawan mendapat gaji penuh dan dua pertiga lainnya. Mereka yakin bahwa dua pertiga karyawan dapat menunggu untuk beberapa bulan kedepan sambil menanti hasil langkah-langkah perbaikan dari perusahaan.

Andrew menerima masukan tersebut namun juga khawatir dan bingung. Bagaimana dia menentukan kriteria sepertiga karyawan yang akan dia gaji penuh dan dua pertiga lainnya yang tidak mendapat apa-apa? Dia sampaikan ketakutannya itu. Kemudian, para karyawan berinisiatif menawarkan bantuan untuk menentukannya.

Para karyawan berdiskusi untuk menentukan daftar nama sepertiga karyawan berdasarkan siapa yang paling membutuhkan uang mendesak dan siapa yang dapat menunggu satu atau dua bulan. Mereka berserikat dan berkumpul untuk membantu memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan.

Keesokan harinya, Andrew mendapatkan daftar tersebut. Di luar dugaannya, ternyata yang masuk di dalam daftar tersebut bukan orang-orang muda yang bergaji kecil. Justru orang-orang ini yang banyak mengalah karena kebanyakan belum memiliki tanggungan. Mereka memutuskan yang memiliki keluarga untuk diberi makan dan hutang yang mendesak yang diprioritaskan. Tentu saja Andrew sangat berterima kasih atas pengertian dan kerja sama mereka.

Ketika menceritakan kisah hidupnya tersebut kepada para koleganya, Andrew merasa beruntung telah mengambil langkah berbeda dibanding perusahaan lain yang pada waktu itu juga tengah menghadapi masalah yang sama. Perusahaan lain yang dia tahu telah berbicara secara personal dengan karyawannya satu per satu dan meminta masing-masing karyawan untuk merahasiakan gaji mereka.

Ternyata kerahasiaan membentuk keraguan. Antar karyawan saling curiga. Karyawan saling berasumsi yang lain mendapat gaji yang lebih banyak. Hasilnya adalah kecurigaan yang meluas, kecemburuan, dan hilangnya kepercayaan. Trust sebagai fundamental hubungan industrial menjadi hancur yang artinya sama dengan hancurnya perusahaan. Social cost untuk membangunnya kembali tentu sangat mahal, butuh waktu dan energi.

Inilah kisah nyata dari world class company yang memberikan pembelajaran tentang makna transparansi dan keterlibatan semua pihak terkait (stakeholder). Ketika harus mengeluarkan keputusan yang dapat membuat kecewa orang lain, lebih baik jujur apa adanya. Sehingga ada ridho manusia dan ridho Allah di dalamnya. Istilahnya legowo kalau dalam Bahasa Jawa.

Mungkin karena itu juga bfinance diberkahi dengan eksistensi bisnis di atas rata-rata. Aset bisnis Andrew meningkat dua kali lipat di tahun pertama dan hingga saat ini bfinance menjadi perusahaan layanan manajemen aset terbesar di Eropa. Sepertinya semua karena karma yang baik. Semoga insan RNI dapat mengambil hikmah dari true story tersebut untuk selalu berbuat yang terbaik. Satu jiwa raih juara. Salam ekselen! (RSD-RW1).

Leave a Reply