PT PG Rajawali I memperoleh bahan baku tebu dari tebu rakyat kemitraan (TRK) dan tebu sendiri (TS). Kebun TRK merupakan kebun yang dikelola oleh petani sendiri melalui skema bagi hasil giling dengan PG, sedangkan kebun TS dikelola dan dibiayai langsung oleh perusahaan. Kebun TS karena dikelola PG, maka laba/ruginya akan berpengaruh langsung terhadap laba/rugi perusahaan.
Produktifitas kebun TS dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, seperti iklim adalah hal yang saat ini sulit dikendalikan. Sementara faktor internal, seperti pengelolaan relatif lebih mudah dikendalikan oleh perusahaan. Sepertinya bukan jalan yang bijak jika perusahaan menjalankan fungsi pengendalian hanya dengan memasang angka sebagai target yang harus dicapai. Ibarat perkeretaapian, perusahaan perlu membuatkan railway, mengecek jalur dan mengatur lalu lintas untuk memastikan kereta sampai pada tujuan dengan selamat.
Ujung tombak pengelolaan kebun TS adalah para sinder kebun bersama PLPGnya. Ibarat kereta, merekalah yang bekerja memberangkatkan penumpang dari stasiun pemberangkatan menuju stasiun akhir pemberhentian. Para sinder kebun TS tersebut bertanggung jawab mengelola perusahaan secara mikro melalui pengelolaan kebun masing-masing. Kereta masing-masing. Pengelolaan tersebut mencangkup Plan, Do, Cek danAction (PDCA).
Wujud plan atau perencanaan adalah penyusunan rencana anggaran kebun (RAK). Kemudian do atau tindakan diwujudkan dengan budidaya tanaman dari pemilihan bibit, waktu tanaman/kepras, pengairan, pemupukan, hingga waktu panen. Cek atau monitoring adalah pengumpulan informasi yang sebenarnya terkait progres aktual budidaya tanaman terhadap perencanaannya. Kemudian dilakukan action atau tindakan perbaikan berdasarkan hasil monitoring agar hasil yang diperoleh sesuai dengan RAK/perencanaan.
Seluruh komponen manajerial kebun dari perencanaan, budidaya, monitoring dan tindakan perbaikan adalah penting. Semua saling terkait dan memiliki satu tujuan yang sama, yaitu memperoleh laba. Supaya capaian laba kebun TS sesuai RAK, maka kebun TS harus dikelola sesuai baku teknis budidaya tanaman. Kegiatan budidaya tersebut perlu dimonitor efektifitasnya dengan indikator dan metode yang relevan.
Sebelum tahun 2017, pelaporan hasil monitoring pekerjaan kebun TS dilakukan dengan mengambil sampel kebun secara acak (tidak keseluruhan kebun). Data yang dilaporkan berupa data kualitatif, yaitu “baik, sedang, buruk”. Metode pengambilan sampel dan luaran data monitoring tersebut dinilai tidak efektif karena tingkat ketajaman penggambaran kondisi kebun rendah. Oleh karena itu diperlukan metode monitoring budidaya tanaman yang lebih efektif, yaitu memanfaatkan teknologi informasi (TI).
Beberapa alternatif perangkat TI yang dapat digunakan, antara lain: a) image processing menggunakan pengindraan jarak jauh dengan memanfaatkan citra satelit atau kamera drone; b) sensor digital processing dengan memanfaatkan sensor pendeteksi pertumbuhan tanaman; c) traffic light methoddengan prinsip dasar memanfaatkan kegiatan rutin pengukuran pertumbuhan tanaman oleh PLPG yang hasilnya terkoneksi melalui aplikasi android dan dengan perhitungan rumus algoritma taksasi dapat menghasilkan tiga indikator kondisi kebun, yaitu hijau jika sesuai atau di atas RAK, kuning jika sesuai atau mendekati RAK dan merah jika di luar RAK.
Ketiga alternatif teknologi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Image processing membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mendapatkan akurasi data yang reliable. Sementara teknologi sensor untuk mengukur pertumbuhan tanaman tebu, yaitu jumlah batang, tinggi batang dan diameter batang saat ini belum ada. Satu-satunya sensor yang akurat dan berbiaya paling rendah untuk saat ini adalah pengukuran langsung oleh PLPG. Oleh karena itu dibangun aplikasi sistem monitoring kebun atau “SI MONTOK”.
SI MONTOK telah dibangun secara mandiri oleh tim IT Kantor Direksi PT PG Rajawali I tanpa melibatkan pihak ketiga/vendor. Sistem ini telah disosialisasikan dan diterapkan sejak MT 2017/2018 di PG Rejo Agung Baru. Hasil implementasi SI MONTOK terbukti efektif karena ketidaktercapaian RAK TS PG Rejo Agung setelah implementasi SI MONTOK lebih rendah dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama.
SI MONTOK juga disetting untuk dapat mengirimkan pesan peringatan kepada sinder kebun, hingga kepala bagian tanaman dan Direksi jika kebunnya berada pada zona merah (tidak sesuai RAK). Notifikasi tersebut memudahkan manajemen memberikan advise tindakan perbaikan, misalnya perintah klentek atau sulam untuk kebun yang spesifik.
SI MONTOK adalah alat bantu yang efektif bagi dokter-dokter kebun. Ibarat dokter yang mampu memberikan resep obat yang akurat esuai diagnosis yang tepat. SI MONTOK menyediakan data historis identitas kebun, masa tanam, varietas serta produktifitas pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Mereka yang sudah lama bekerja di bidang budidaya tebu pasti terbantu dalam menganalisis kondisi kebun melalui data-data tersebut.
Hasil adalah konsekuensi logis dari proses. PT PG Rajawali I akan terus menyempurnakan aplikasi SI MONTOK, memanfaatkan dan menyebarluaskannya untuk mencapai produksi tebu sesuai target. Berbekal teknologi, inovasi dan kedisiplinan petugas lapang, Insya Allah giling 2018 lebih sukses. Tekad kami masih dan akan terus memberikan yang terbaik. Sepakat kerja bermartabat. Rapatkan barisan. Fokus pada tujuan. Satu jiwa raih juara. (RSD-RW1).
Wah keren nih Si Montok! Nama emang ga pernah bohong.