RAJA GULA: “Rajanya Tebu Rakyat Kemitraan”.

Penggiat pergulaan sudah paham untuk siapa kita memproduksi gula (segmen pasar), seberapa banyak kebutuhan mereka (besar pasar), seberapa mampu produksi kita mencukupi kebutuhan mereka (market share) dan lebih jauh lagi bagaimana trend perubahanya dari tahun ke tahun.

Secara umum permintaan pelanggan terhadap suatu barang termasuk gula, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a)Penghasilan konsumen; b)Harga barang; c)Selera konsumen; d)Harga barang pengganti, misalnya aspartam, sakarin, HFS, gula jagung serta gula/pemanis lainnya dan e)Jumlah dan usia penduduk di wilayah tersebut.

Dilihat dari sudut pandang selera konsumen, RAJA GULA produksi PT RNI (Persero) secara umum memang bukan gula rendah kalori, sehingga konsumen dengan diet rendah gula bukanlah segmen RAJA GULA.

Oleh karena itu, kiranya mana yang lebih strategis? Fokus memberikan pelayanan terbaik pada segmen RAJA GULA atau bergerak menuju kuadran segmen lainnya? Tentunya kita perlu melihat data.

Berdasarkan American Heart Association (AHA), jumlah asupan gula maksimal yang disarankan sebanyak 25 gram atau 6 sendok teh yang setara 100 kalori per hari untuk wanita dan 36 gram atau 9 sendok teh yang setara 150 kalori per hari untuk laki-laki.

Jumlah penduduk Indonesia sebanyak 254,9 juta jiwa (BPS, 2015). Terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 128,1 juta jiwa dan perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa. Jika mengikuti gaya hidup sehat sesuai rekomendasi AHA, maka kebutuhan konsumsi gula nasional sebanyak 2,84 juta ton per tahun.

Data WHO memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. Jika penderita DM tipe 2 tersebut tidak mengkonsumsi gula, dengan rata-rata konsumsi gula 31 gram per hari, maka akan terjadi pengurangan permintaan nasional sebesar 0,237 juta ton gula per tahun.

Angka pengurangan tersebut tidak signifikan dibanding jumlah kebutuhan gula nasional. Jika proyeksi kebutuhan gula nasional dikurangi proyeksi jumlah gula yang tidak akan dikonsumsi penderita DM tipe 2 di Indonesia, kita masih memiliki permintaan gula sebesar 2,6 juta ton per tahun. Dipastikan angka tersebut akan terus tumbuh dengan adanya pertumbuhan penduduk.

Dari sudut pandang penghasilan konsumen, gula termasuk bahan pangan pokok yang harganya terjangkau oleh masyarakat dan bukan barang mewah. Meskipun dilihat dari sudut pandang harga, Gula Kristal Putih (GKP) memang bukan sumber gula yang paling murah karena masih ada raw sugar yang harganya jauh dibawah GKP di Indonesia.

Namun dilihat dari regulasi pemerintah dan selera konsumen, raw sugar tidak menarik dijadikan gula konsumsi karena warnanya yang gelap dan bentuknya yang kasar, cenderung memiliki butir yang besar. Apalagi raw sugar yang masuk ke Indonesia merupakan produk import yang pasti butuh penanganan untuk menjaga keawetannya ketika dikirim dari negara asalnya ke Indonesia.

Jika ada pertanyaan, “Apakah industri gula masih menarik?”, maka untuk menjawabnya mari kita melihat berdasarkan kalkulasi data. Jika harga gula dipasaran rata-rata Rp 12.500 per kg, maka nilai kebutuhan gula nasional dengan mempertimbangkan proyeksi perubahan gaya hidup sehat perilaku konsumen adalah sebesar Rp32,5 trilyun per tahun. Sejauh ini berdasarkan perhitungan kapasitas produksi, PT PG Rajawali I, anak perusahaan PT RNI (Persero) memiliki market share produksi gula sebesar ±3% atau senilai ± Rp976 milyar.

Ada pasar lokal bernilai total puluhan triliun rupiah, tentunya sangat menarik. Banyak industri gula yang menutup pabriknya, namun banyak pula muncul PG baru khususnya di wilayah Jawa Timur. Meskipun tidak sedikit orang yang mulai mengurangi konsumsi gula, namun jumlah dan nilainya tidak signifikan dibanding besarnya pasar gula nasional.

PT PG Rajawali I yang memiliki 2 pabrik (PG Krebet Baru, Malang & PG Rejo Agung baru, Madiun) dengan cost leadership-nya mampu memberikan kontribusi laba yang cukup besar. Apalagi jika dibandingkan dengan perusahaan gula lainnya. Kedepannya, pengendalian cash flow dapat menjadi kompetensi yang sangat berpengaruh terhadap HPP gula. Mengapa demikian? Karena kelancaran pembiayaan sangat berpengaruh terhadap daya tawar pembelian tebu petani dan negosiasi harga dengan para supplier.

Mempertahankan yang baik ternyata tidak lebih mudah dari meraih gelar prestasi yang terbaik. Begitu banyak cobaan bagi mereka yang mencoba konsisten baik. Begitu banyak pula ujian yang bisa melenakan arah kebaikan yang seakan-akan baik ternyata malah tidak berfaedah.

Program-program PT PG Rajawali I yang terbukti baik, antara lain kegiatan rutin “bedah HPP” untuk masing-masing bagian melibatkan seluruh karyawan pimpinan dan karyawan non staf setingkat mandor unit PG didampingi bagian Teknik, Teknologi dan Pengadaan Kantor Direksi.

Produksi secara mandiri penjernih Amfoterik-Buferik pengganti Form A dan Form B yang nilainya per masa giling mencapai Rp 250.000.000 namun dengan produksi sendiri hanya membutuhkan biaya sekitar 10% saja. Pelayanan kesehatan memanfaatkan program BPJS memberikan penurunan biaya kesehatan hingga 30%. Tren biaya obat dan perawatan turun signifikan.

Bagian pabrikasi responsive terhadap angka-angka pengawasan QC yang disampaikan melalui monitor-monitor di dalam pabrik. Angka-angka pengawasan tersebut disampaikan melalui sistem kontrol terintegrasi yang dibuat menggunakan kombinasi PLC dan mikrokontroler, dilengkapi software-software terkostumisasi yang dibuat sendiri oleh tim instrumentasi unit PG.

Tim IT PG Krebet Baru juga mampu memproduksi RFID untuk asset tracking yang lebih murah dibanding harga pasar. Jika dipihakketigakan perangkat-perangkat tersebut nilainya milyaran rupiah, namun bisa dihemat dengan produksi sendiri.

Pengendalian lembur sesuai jam kerja aktual melalui finger print dan sistem gate untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan juga berkontribusi terhadap budaya kerja. Bidang SDM juga telah melaksanakan Analisa Beban Kerja (ABK) untuk menetapkan standar formasi yang efektif, efisien serta mendorong produktifitas kerja.

Kedepannya, PT PG Rajawali I menargetkan HPP turun secara konsolidasi unit dan Kantor Direksi. Untuk itu, support dan kerja sama para stakeholder sangat kami butuhkan. Tekad dan semangat terus kami jaga. Sujud syukur dan pengharapan ridho Allah SWT terus kami panjatkan. Kemitraan antara PG dan petani akan selalu menjadi prioritas. Karena petani kitalah yang akan memberi makan bangsa ini. Bukan petani asing melalui jalan import. Rapatkan barisan. Satu jiwa raih juara. (RSD-RW I).

4 Replies to “RAJA GULA: “Rajanya Tebu Rakyat Kemitraan”.”

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply